Berbagi Ilmu
At-Tawriyah; Mengungkap Dwimakna dalam Kata
Setelah
kita melahap bab-bab dalam “Muhassinât al-Lafdziyyah” yang mana di
dalamnya mencangkup pembagusan dan pemolesan suatu lafaz agar terlihat indah,
kini kita akan membahasa mengenai “Muhassinât al-Ma’nawiyyah” yang mana
cangkupannya adalah makna.
Dalam
kitab yang umumnya kita jadikan patokan dalam belajar ilmu Balaghah, al-Balâghah
al-Wâdhihah” karya Ali al-Jarimi dan Mustafa Amin, ada 6 bab yang akan kita
bedah dalam pembahasan ini. Yaitu at-Tawriyah, at-Thibâq, al-Muqâbalah,
Husnu at-Ta’lil, Ta`kid bimâ Yushbihu ad-Dzam dan Uslub al-Hâkim.
Sekarang
kita akan membahasa mengenai Tawriyah, kaidahnya, sebagaimana dikutip dari
kitab yang disebutkan diatas, adalah:
أَنْ يَذْكُرَ المتكلِّمُ لَفْظاً مُفْردًا له مَعْنَيانِ، قَريبٌ ظاهِر
غَيْرُ مُرَادٍ ، وَبَعيدٌ خَفيٌّ هُوَ المُرادُ
Penyebutan
suatu kata yang mufrad yang mempunyai dua makna; pertama, makna yang dekat dan
jelas yang tidak dimaksudkan; kedua, makna yang jauh dan samar yang
dimaksudkan.
Setelah
mengetahui kaidahnya, mari kita terapkan dalam beberapa contoh.
قال سِرَاجُ الدين الوَرَّاق:
أصُونُ أديمَ وجهي عَن أُنَاس # لقاءُ الموتِ عِنْدهُم الأديبُ
وَرَبُّ الشعر عندهُمُ بَغِيضٌ # وَلَوْ وَافَى بهِ لَهُمُ "حبَيبُ"
Sirajuddin
al-Warrâq berkata:
Aku memelihara
kulit mukaku dari banyak orang. Bertemu mati menurut mereka adalah sesuatu yang
beradab. Pengarang syair, menurut mereka adalah orang yang dibenci, meski yang
datang membawa itu kepada mereka adalah “orang yang dicintai”
Dalam
syair ini, kata حبيب memiliki dua makna;
pertama adalah orang yang dicintai, yang mana makna inilah yang lebih dipahami
orang namun bukan ini yang dimaksud; makna kedua adalah nama asli dari Abu Tamam,
yaitu Habib bin Aus, yang mana jarang orang mengetauhinya, namun makna inilah
yang dikehendaki oleh penyair diatas.
Contoh
lain:
وقال نَصِيرُ الدين الحَمَّامي
أبْيَاتُ شِعْرك كالقُصـ #ـور ولا قُصُورَ
بهَا يَعوقْ
ومنَ العجَائبِ لَفْظُها #حُرٌّ ومعناها
"رَقيقْ"
Nashiruddin al-Hammâmi berkata:
Bait-bait syairku seperti Gedung,
dan tidak ada Gedung yang tidak dapat dinikmati keindahannya. Yang mengherankan
adalah bahwa lafaznya itu bebas, namun maknanya “hampa/tipis”
Dalam bait ini yang perlu digarisbawahi
adalah kata رقيق diatas. Kata ini
memiliki dua kata; pertama maknanya adalah “budak”; dan yang kedua adalah “tipis.”
Makna yang kedua inilah yang dimaksud oleh penyair.
Demikianlah sekilas penjelasan dari
Tawriyah, semoga bermanfaat.
Post a Comment
2 Comments
Makasih om
ReplyDeletesami sami sob
Delete