Nama
lengkapnya adalah Abu Nashr Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Auzalagh yang
biasa di singkat Al-Farabi, berasal dari kota Fârâb, ia adalah salah kota di
Khurasan. Al-Farabi dilahirkan pada tahun 259 H.
Beliau
pindah ke Irak dan hidup di Bagdad. Mempelajari hikmah (filsafat) kepada Yuhana
bin Jihan pada masa khalifah al-Muqtadir (295H). Darinyalah al-Farabi
memperoleh manfaat yang banyak, sehingga ia dapat melampaui teman-teman
sejawatnya dan mampu memahami, menerjemahkan serta menyusun penjelasan atas buku-buku
Aristoteles, diantaranya adalah buku Metafisika milik Aristoteles.
Al-Farabi
tak lepas dari mendalami suatu pemikiran dan pengetahuan kecuali ia turut
menganalisis dan menuliskannya, bahkan ia dinobatkan sebagai ilmuwan pertama
yang membagi spesifikasi ilmu kepada beberapa bagian, dan itu tercantum dalam
kitabnya Ihsha` al-‘Ulum (kumpulan berbagai ilmu)
Dia
seorang penulis yang sangat produktif. Bibliografer tradisional menyebut Alfarabi
telah menghasilkan 100 karya dalam bentuk risalah, naskah, dan buku. Dia
menulis setidaknya delapan belas buku tentang filsafat etika, politik, dan
masyarakat.
Selain
menyusun karangan dalam bidang filsafat secara pemikiran maupun praktek,
al-Farabi banyak menyusun karangan dalam bidang music, etika, fikih, astronomi,
kedokteran, bahasa dan gramatikal. Hanya saja banyak dari karangannya belum
sampai kepada kita.
Karya-karya
al-Farabi diantaranya adalah Al-Jami’u Baina Ra’yani Al-Hakimain Afalatoni
Al Hahiy wa Aristho-thails (pertemuan/penggabungan pendapat antara Plato
dan Aristoteles). As- Siyasatu Al Madinah (politik pemerintahan). Arro’u
Ahli Al-Madinati Al-Fadilah (pemikiran-pemikiran utama pemerintahan), As-Siasah
(ilmu politik). Ihsha`u al-Ulum (kumpulan berbagai ilmu). al-Madinah al-Fadhilah
(Kota atau Negara Utama), Aghradlu ma Ba’da at-Thabi’ah, Tahshil as-Sa’âdah, dll. Buku Alfarabi
yang berjudul Ihsha`u al-Ulum merangkum berbagai teori keilmuan yang
mencakup bahasa, matematika, mantik (logika), fisika politik, hukum, dan
ketuhanan.
Alfarabi
dianggap sebagai filsuf Islam pertama yang secara sungguh-sungguh mengkaji
filasafat Yunani klasik. Ia dijuluki terhormat: The Second Master atau Guru
Kedua setelah Aristoteles.
Syahdan,
Ibnu Sina hendak mempelajari buku Metafisika karya Aristoteles. Berulangkali ia
membaca buku itu, tetapi tak kunjung mengerti. Secara tidak sengaja, Sina
kemudian menemukan buku Fi Aghradh Kitab ma ba’da ath-Thabi’ah li Aristhu karya
Al-Farabi. Melalui buku itu barulah Sina memahami uraian-uraian Aristoteles
dalam Metafisika.
“…Tatkala
hendak mempelajari ilmu ketuhanan al-‘ilm al-ilahi, dan berusaha membaca buku
Ma ba’da ath-Thabi’ah karya Aristoteles, saya tidak dapat memahaminya, bahkan
saya samar terhadap maksud dari penulisan buku itu…” kata Sina dilansir dari M.
Hadi Masruri dalam Ibn Thufail. (dikutip dari Tirto.id)
Pada
tahun 330 H/941 M al-Farabi meninggalkan Baghdad dan pergi ke Aleppo, di mana
ia sangat menikmati fasilitas yang diberikan oleh Sultan Dinasti Syi’ah – Saif
al-Dawlah al-Hamdani. Dari Aleppo kemudian ia pergi ke Kairo. Akhirnya, ia
wafat di Damaskus pada 339 H/950 M, pada usia 80 tahun, tepatnya pada bulan Rajab 339 H/Desember 950
M. Kemudian dimakamkan di pekuburan yang terletak di luar gerbang kecil kota bagian selatan. Saif al-Daulah sendirilah yang
memimpin sejumlah pejabat istana dalam upacara pemakaman al-Farabi, salah satu
sarjana yang pertama sekaligus anggota paling terkenal dari “Lingkaran Saif
al-Daulah”.