Perjalanan
dari desa menuju kota, membutuhkan dua hingga tiga jam dan akhirnya sampai.
Angkot bercat putih itu merapat ke sisi kiri jalan degan segera, setelah ku
beri isyarat dengan beberapa ketukan jari ke pintu agkot yang terbuat dari besi
ringan.
Cuaca
diluar sana kurang bersahabat, mendung awan sudah bergelayut di langit, siap
menjatuhkan tetesan hujan ke tanah kota yang gersang. Maklumlah, sudah menunjukan
akhir tahun, menunjukan musim hujan.
Ku
pijakan kaki ini, melewati jalanan yang syarat akan pedagang yang berjajar di
sisi jalan. Seketika teringat dengan mimpi semalam, mimpi yang sangat indah. Seorang
wanita, manis tak terduga, tiba-tiba saja ia hadir di kehidupan, menjalin kasih
melalui pelaminan, diatas mahligai pernikahan.
Sebelum
kuucap akad, sebelum ijab kabul, tiba-tiba perut terasa mulas, aku pun ke kamar
mandi. Dengan terburu-buru, tanpa kulihat lagi kaki ku menginjak selang yang
sedang mengaliri air dari keran ke sebuah bak mandi.
Lantas
saja selang itu membelok ke arahku, dan menyemprotkan air ke wajahku, langsung
saja aku terbangun, musik masih terdengar dari ponselku yang tergeletak diatas
Kasur, belum sempat kumatikan sebelum tidur, “Huft”, ternyata tadi hanya mimpi.
Kulanjutkan
langkah kaki menuju pondok yang lokasinya tidak jauh dari jalan raya. Sengaja
datang agak sore, karena tidak ada aktifitas yang akan dikerjakan disana,
pelajaran sudah usai, waktu libur tiba.
Sepanjang
perjalanan hanya mengingat-ingat, siapa gerangan wanita di mimpi semalam,
karena ketika terbangun aku sudah lupa semuanya, kecuali rangkaian acaranya
saja. Sampai di gang kecil, tiba-tiba datang dari seberang sana, seorang wanita
berjilbab biru, kami berpapasan. Ingatanku semalam mulai terkuak. Ya, itu dia