Cuap-Cuap
Cuap-Cuap, Menggibahi Namamu
Intinya,
disana diterangkan tentang beberapa adab dari segi individu maupun sosial serta
spiritual. Menurut beliau, kelakuan jahat (baca;tidak baik) itu disebabkan,
diantaranya karena tidak mendapat ajaran yang baik, atau karena ia banyak
bergaul dengan orang-orang jahat, sehingga ia terkontaminsai dengannya.
Terlintas
di pikiran ini akan nazom Alala tentang adab penuntut ilmu yang
menyebutkan syair:
إذا كنت في قوم
فصاحب خيارهم # ولا تصحب الأردى فتردي مع الرادي
Apabila engkau
tinggal di suatu kaum maka bersahabatlah dengan orang yang terpilih (orang
baik) diantara mereka # dan janganlah bersahabat dengan orang buruk
(perangainya) maka kamu akan menjadi buruk pula.
Mengenai
bersahabat dengan orang baik, kita pun belum bisa menentukan siapa dari teman
kita yang baik dan mana yang buruk, ah sudahlah, kembali kepada diri
masing-masing.
Setelah
dilacak, syair diatas ternyata tidak hanya terdapat di nazom Alala saja,
saya mencarinya di beberapa literatur kitab klasik, walhasil ada banyak. Saya coba
ambil satu.
Dalam
kitab Al-Jawahir Al-Hassan fii Tafsir Al-quran karya Abu Zaid
Abdurrahman bin Muhammad Ats-Tsu’alaby (wafat 875 H), nazom ini disebutkan
ketika beliau menafsirkan ayat 67 dari surat Az-Zuhruf yang berbunyi:
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا
الْمُتَّقِينَ
Teman-teman
akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali
orang-orang bertakwa
Sebagian
tafsirnya adalah, “teman-teman akrab yang tidak didasarkan ketaqwaan (maksiat)
pada hari kiamat itu saling bermusuhan, masing-masing saling membenci satu sama
lainnya, permusuhan timbul diantara mereka, hal tersebut disebabkan karena
kerugian yang menimpa masing-masing mereka (hari itu) disebabkan dari temannya
sendiri, adapun orang yang yang bertaqwa, mereka sebaliknya, menganggap bahwa
kemanfaatan dan kesejahteraan (keselamatan di hari itu) itu datang dari sahabat
mereka sendiri.
Dalam
suatu hadis disebutkan:
عن ابن عَبَّاس قال: )قيل: يا رَسُولَ اللَّهِ،
أَيُّ جُلَسَائِنَا خَيْرٌ؟ قَالَ: مَنْ ذَكَّرَكُمْ باللَّهِ رُؤْيَتُهُ،
وَزَادَكُمْ في عِلْمِكُمْ مَنْطِقُهُ، وَذَكَّرَكُمْ بِاللَّهِ عَمَلُهُ(
Dari
ibnu Abbas berkata, (“Dikatakan: “Wahai Rasulullah, manakah dari teman-teman
akrab kami yang baik? Beliau berkata: “Yaitu yang pandangannya mengingatkan
kalian pada Allah Swt, perkataannya menambah ilmu kalian, dan amalannya
mengingatkan kalian pada Allah Swt). Hadis ini ditakhrij oleh Abu Ya’la dari
hadis ibn Abbas, begitu juga Al-Hutsaimi menyebutkan hadis ini dalam kitab Majmu’
Zawaid, beliau berkata: “Hadis ini diriwayatkan oleh Bazaar dari gurunya
yang bernama Ali bin Harb, namun aku tidak mengenalnya, sedangkan periwayat
lain dalam hadis ini tsiqoh.
Masih
dalam tafsir ayat ini, disebutkan dalam hadis:
المَرْءُ على دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ
مَنْ يُخَالِلُ
Agama seseorang
tergantung pada sahabat karibnya, maka perhatikan dengan siapa kalian
bersahabat.
Hadis
diatas dikeluarkan oleh imam Tirmizi dalam kitab Az-Zuhd, beliau menilai
hadis ini derajatnya hasan shohih.
Lagi-lagi
masih dalam tafsir ayat diatas, dalam kitab Sima’ Al-Utbiyyah imam Malik
berkata, “Jangan berteman dengan orang yang hanyut dalam kemaksiatan, supaya
engkau tidak tahu perbuatan (makisat)nya”, Ibnu Rusyd mengatakan, “Tidak
selayaknya bersahabat kecuali dengan orang yang diikuti agama dan kebaikannya
(orang baik), karena teman yang buruk itu akan menjadikan temannya buruk juga. Dan
Al-hakim berkata:
إذَا كُنْتَ في قَوْمٍ فَصَاحِبْ خِيَارَهُم ... وَلاَ تَصْحبِ الأردى فتردى مَعَ الرَّدِي
Apabila engkau
tinggal di suatu kaum maka bersahabatlah dengan orang yang terpilih (orang
baik) diantara mereka # dan janganlah bersahabat dengan orang buruk
(perangainya) maka kamu akan menjadi buruk pula.
Begitulah
sedikit penjelasan dalam kitab tafsir Al-Jawahir Al-Hassan fii Tafsir
Al-quran.
Mengingat
syair diatas, saya baru-baru ini memiliki kenalan yang namanya mengingatkan saya
akan syair diatas, yaitu Arda Tsamrotul Millah. Awalnya saya mengira makna dari
namanya adalah “seburuk-buruknya buah agama”, karena jika ditulis ke bahasa
arab akan menjadi أردى ثمرة الملّة , arda adalah isim
tafdhil dari Rodi’
(binasa/buruk), maka jika dipindah ke isim tafdhil artinya “lebih buruk”. Namun,
sepertinya ada yang keliru, iya aku keliru dalam mengira-ngira, tulisan arabnya
yang lebih cocok sepertinya adalah أرضى ثمرة الملّة (sebaik-baiknya buah agama). Wallahu a’lam
Tapi
hal yang menggelitik, jika menyenandungkan nazom ini, ketika sudah sampai pada
baitnya, saya teringat dengannya dan akal pikiran mentabirkan makna sesuai
lafaz bait itu, yaitu “Jangan engkau bersahabat dengan si Arda, maka kau akan menjadi
blablabla…
Ah sudahlah,
lupakan…
Ciputat, 31 Desember 2017
Post a Comment
0 Comments