puisi
Baiknya Bagaimana?
Baiknya
bagaimana?
Gemericik air
dari wajahmu terus bersimbah
Menggenangi
bingkai kacamata,
Bening dan
jernih
Bagaimana
baiknya?
Kopi hangat
kini menjadi dingin
Uapnya habis
dikibas angin semilir
Harum kini
menjadi hambar
Manis tidak
Asin pun tidak
Baiknya
bagaimana?
Angan-angan
kita yang bergelantungan
Di ujung
ranting-ranting harapan
Kini pergi,
merayap, diam-diam, dan menghilang
Sunyi...
Sambil menatap
pilu
Aku memandangmu
Baiknya
bagaimana?
Ciputat, 05
November 2017
Post a Comment
0 Comments